Minggu, 15 Februari 2015

Batal Masuk Surga

Konon di Jawa Barat hiduplah seorang lelaki bernama Ujang. Ujang mungkin adalah lelaki paling sempurna di daerahnya. Wajahnya tampan bak seorang actor Hollywood kelas wahid, tubuhnya atletis seperti seorang binaragawan, dan otaknya cemerlang bagaikan Habibie.
Ujang juga terkenal sebagai pemuda yang shalih. Hari-harinya dilalui dengan amalan-amalan surgawi. Sering ia membantu orang lain yang sedang dalam kesusahan, menyedekahi para pengemis, menjalankan ritus-ritus keagamaan, dan lain sebagainya.

Melihat deskripsi di atas, pastilah Anda setuju jika saya menganggap Ujang sebagai lelananging jagad, lelakinya dunia, yang bukan hanya berkualitas namun juga memenuhi segala syarat.

Eit!
Tunggu dulu !
Meski Ujang memiliki kesempurnaan seperti yang saya sebutkan di atas, namun ia juga mempunyai kelemahan atau kekurangan. Kekurangan Ujang hanya satu, ia adalah seorang pengantuk. Saking pengantuknya, ia bahkan sering kehilangan kesempatan karena terlalu cepat dan nyenyak tidurnya
Tiap-tiap yang bernafas akan kehilangan nafasnya dan mengembalikannya kepada Sang Pemilik, bebgitupun Ujang. Ujang meninggal dunia. Disebabkan oleh amal baiknya, maka Ujang dimasukkan ke dalam golongan orang yang masuk surga.  Sayang sekali, karena saking tertariknya akan suasana baru, sehingga Ujang ketinggalan masuk ke surga. Pintu surge sudah tutup ketika Ujang sampai di sana.
Dari balik pintu tertutup itu, terdengarlah sebuah suara yang lembut namun berwibawa, suara malaikat agaknya, “Wahai Ujang, bersiap-siaplah engkau menunggu pintu ini terbuka. Bergegaslah engkau masuk ketika melihatnya terbuka, walau sedikit. Sebab, pintu surga  ini hanya akan dibuka oleh malaikat penjaga setiap seratus tahun sekali. Waspadalah….. Waspadalah….”.
Mendengar suara tersebut Ujang ttersenyum. Ia tahu, bahwa seratus tahun di surga mungkin tidak ada lima atau sepuluh menit di dunia, maka dengan sabar ia mencoba menunggu.
Sedang asyik menunggu, tiba rasa  kantuk menyerangnya. Ia menguap lebar-lebar dan mencoba mencari sandaran tubuh. Baru sedetik ia bersandar, tiba-tiba pintu surga terbuka lebar. Ujang mengerjapkan matinya dan mencoba mengusir rasa kantuk. Sayang, ketika hendak  bangkit pintu itu sudah tertutup kembali dengan suara keras menggelegar.

(Dikutip dari novel Guru Monyet)
Semoga cerita ini menyadarkan kita untuk tidak membuang waktu secara sia-sia hanya untuk memenuhi kepuasan sesaat ingatlah bahwa keberhasilan dan rezeki datang dan pergi. Dan jangnlah sekali-kali menyepelekan sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar